Rabu, 11 Februari 2009

dreaming in a dream

Kekecewaan saya akan kegagalan PSSI dalam gelaran Suzuki cup kemarin belumlah sirna. Masih ingat bagaimana para pemain kita tidak bisa mengatasi gempuran para pemain singapura dan thailand bahkan dikandang sendiri. Lebih mengagetkan lagi adalah vietnam yang berhasil menjuarai kompetisi itu. Negara yang beberapa tahun lalu selalu menjadi bulan-bulanan para pemain kita jika bertemu itu, kini telah menjelma menjadi salah satu kekuatan baru dikawasan Asia tenggara. Entah upaya apa yang dilakukan pemerintah Vietnam untuk bisa mendongkrak prestasi Timnas mereka. Yang pasti mereka melakukannya lebih baik dari negara kita.
Ditengah situasi persepak bolaan negara kita yang minim prestasi ini, tiba-tiba saja kabar bahwa Indonesia ingin menjadi tuan rumah pagelaran piala dunia sepak bola 2022 disampaikan oleh ketua PSSI. ANNNNNJRIITTT.......beneran tuh pak ???. Dengan segala kepercayaan diri ia sesumbar bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik dan bagaimana situasi ekonomi Indonesia pasti akan meningkat pesat jika piala dunia benar-benar akan dilaksanakan di negara ini.
Memang bermimpi itu tidaklah dilarang. Namun mimpi menjadi tuan rumah piala dunia 2022 adalah mimpi yang terlalu bermimpi. Apalagi dana yang harus dikucurkan untuk membangun infrastruktur yang memadai untuk acara itu tidaklah sedikit. Disebutkan bahwa minimal 8 - 10 triliun hanya untuk infrastruktur saja. Damnn alot of money dude.......
Saya pikir dana sebesar itu lebih baik digunakan untuk membenahkan kondisi pesepak bolaan Indonesia dulu. Seperti menciptakan suatu kompetisi lokal yang fair dan kompetitif, menyekolahkan kembali wasit-wasit lokal atau membina para pemain-pemain muda berpotensi agar menjadi pemain yang dapat mengantarkan timnas Indonesia kepentas dunia tahun 2022 mungkin akan menjadi mimpi yang lebih realistis dibandingkan harus menjadi tuan rumah piala dunia 2022.
Ah...mungkin memang sudah menjadi sifat masyarakat kita yang terlalu menyukai belaian lembut mimpi yang menyelimuti pandangan rasional dengan kilauan angan yang begitu indah. Hingga kita lupa akan realita yang sebenarnya.
Tapi walau bagaimana pun, saya masih menaruh harapan besar bahwa timnas Indonesia bisa bangkit dari penyakit kronis bernama minim prestasi. Kembali menjadi sebuah kekutan besar yang selalu membuat tim lawan gentar. Mengukir prestasi diatas tanah bumi serta mengumandangkan lagu Indonesia raya di negeri tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar